fbpx

Keajaiban Shadaqah, Kehebatan Al-Qur’an, Kekuatan Zikir, Kedahsyatan Do’a dan Keberkahan Ramadhan Dalam Proses Persalinan

Oleh : Ust. Alnof Dinar, Lc

Alhamdulillah anak kami yang ketiga lahir dengan selamat, mudah, lancar dan suasana hati yang sangat tenang; saya dan istri. Bagi kami proses persalinan kali ini terasa beda; suasana hati kami sangat tenang melalui semua prosesnya. Hati terasa lega dan plong. Jauh dari rasa cemas dan berbagai ketakutan. Mulai dari masuk rumah sakit, masuk ruang IGD, masuk ruang bersalin, proses pembersihan bayi, Inisiasi Menyusui Dini dan perawatan bayi pasca melahirkan. Saya berkeyakinan, ini berkah Ramadhan dan shaum serta zikir dan shalawat. Termasuk karena keajaiban shadaqah. Ditambah dengan doa orang-orang shalih untuk kami.

Putri kami hadir di saat-saat penantian ifthar (berbuka puasa), di saat-saat orang yang shaum memperbanyak do’a mereka. Ia pertama kali menangis di dunia pada sore hari sebelum matahari tenggelam, waktu yang afdhal untuk berzikir. Maka sejak istri masuk ruang persalinan, karena sudah pembukaan 8, saya semakin memperbanyak membaca Surat al-Insyiqaq dan bersahalawat kepada Nabi, mengamalkan pesan para guru-guru saya.

Dua hari sebelum istri saya melahirkan seorang istri sahabat saya bertanya, “Ustadz, istrinya sudah lahiran atau belum? Saya jawab: “Belum, Bun. Apa Bunda ada saran, agar istri saya mudah melahirkan, barangkali bunda ada pengalaman?” Dia jawab: “Kami mengamalkan shadaqah, Ustadz. Kami cari orang-orang yang susah dalam membiayai persalinannya, kami bershadaqah untuk membantu mereka. Alhamdulillah kedua anak kami lahir dengan lancar.”

Setelah menerima informasi itu, esok harinya istri saya mengadukan, istri mulai merasakan kontraksi yang tak beraturan. Kami konsultasi ke dokter kandungan. Kata beliau: ” Keadaan plasenta bagus, air ketuban masih bagus, dan posisi bayi masih bisa lahir normal. Kita upayakan lahir normal ya, Bun”. Namun sebelum itu saya sempatkan transfer ke Dompet Dhuafa Riau atas nama istri untuk ikut berwakaf pembangunan Masjid Mahmoud Kanj di Dusun Siambul di lingkungan masyarakat Suku Talang Mamak.

Melalui pesan whatsapp saya kabari sahabat-sahabat tentang keadaan istri saya yang sudah mulai nampak ada ciri-ciri akan persalinan. Diantara yang saya kabari adalah gurunda, KH. M. Idrus Ramli. Beliau menyarankan agar saya membacakan surat Al-Insyiqaq berulang-ulang kepada istri. Saya amalkan saran beliau. Saya bacakan dengan bacaan murattal dan suara keras, seperti kebiasan para peruqyah. Alhandulillahnlisan terasa ringan dan fasih setiap kali membacakannya. Kata istri, setiap kali terjadi kontraksi dan dibacakan surat al-Insyiqaq, dia merasakan kontraksi seolah mereda, melembut, kurang menyakitkan, sehingga lebih mudah baginya dalam mengatur nafas, mengatur gerakan otot perut ketika bernafas, dan mengontrol emosi, sampai waktunya kontraksi benar-benar mereda. Ini terjadi setiap kali kontraksi datang, sementara bukaan masih awal (sekitar 3 atau 4). Sedangkan ketika telah sampai bukaan 9 hingga lengkap, ketika dorongan mengedan telah terasa, pembacaan surat al-insyiqaq, shalawat, dan doa, menurut penuturan istri dari yang dirasakannya, membuat kontraksi semakin terasa kuat dan intens, yang membantunya untuk mengedan. Dan kami lihat bidan pun mudah menegeuarkan anak kami dari liang lahir.

Diantara yang juga merespon pesan whatsapp saya, Gurunda Dr. Arrazy Hasyim, MA. Kata beliau: “Kami doakan semoga Allah lancarkan dan jaga sang ibu serta janin. ببركة صلوات على النبي عليه الصلاة والسلام..”
Maka sepanjang menemani istri sejak awal masuk rumah sakit, saya amalkan membaca shalawat setelah membaca surat Al-Insyiqaq. Terutama redaksi shalawat Ibrahimiyah yang biasa dibaca saat tasyahud akhir dan redaksi shalawat :
اللهم صل على سيدنا محمد النبى الامى وعلى آله وصحبه وسلم

Dari sisi administrasi, alhamdulillah kami dimudahkan selama proses di rumah sakit. Kamsampai rumah sakit sekitar pukul 11.00, kami registrasi. Setelah itu langsung disarankan chek keadaan pembukaan liang lahir di ruang IGD untuk melalui jalur pemakaian BPJS sesuai prosedur. Kata bidan, “Baru bukan satu, Bun. Kalau rumahnya tidak jauh, boleh pulang dulu, nanti kalau sakitnya mulai intens segera kesini lagi”. Kami memilih di rumah sakit saja. Kami diperkenankan menunggu proses pra persalinan di ruang IGD. Kami berjalan, duduk, sambil saya bacakan surat al-Insyiqaq dan shalawat. Kami kemudian shalat zuhur di mushalla rumah sakit.

Setelah shalat zuhur, rencana kami mau pulang, tapi kami pastikan dulu keadaan istri kepada bidan. Dichek lagi oleh bidan, “Sudah bukaan 3 atau 4, Bun. Sebaiknya tidak usah pulang, disini saja.” Kami ikuti arahan bidan. Untuk mengisi perut dan berikhtiar persiapan tenaga saat persalinan, saya minumkan kepada istri; madu dan air Zamzam. Istri juga makan kurma dan pisang, disamping makan nasi. Diantara waktu Zuhur dan Ashar istri lebih banyak mengantuk, sehingga sempat tertidur agak lama. Saya tetap memperbanyak membacakan surat al-Insyiqaq dan shalawat. Sayapun sempat tertidur mendampinginya. Kami bangun, lalu shalat Ashar di mushalla rumah sakit.

Setelah shalat ‘Ashar, lewat pukul lima sore, diperiksa lagi oleh bidan. “Sudah bukaan 8 atau 9, Bun. Kita segera ke ruang bersalin. Bunda jangan mengedan ya. Tenang saja dulu dan baring miring ke kiri.” Kata bidan. Bidan yang bertugas di ruang IGD segera memproses pindah ke ruang bersalin dan bidan-bidan yang bertugas di ruang bersalin juga dengan sigap mempersiapkan proses persalinan. Sekitar pukul 17.30 kami sudah berada di ruang bersalin. Pukul 18.02 WIB, putri kami lahir, segera diazankan, di doakan dan dibersihkan oleh bidan.

Bagikan tulisan ini ke media sosialmu